Pages

Senin, 05 Oktober 2009

Aku yang egois

Waktu pertama kali aku terima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatku, aku senang sekali. Hidupku diubahkan, ak tahu bahwa aku sudah diselamatkan dan aku tahu kemana aku akan pergi setelah aku meninggal. Aku tahu Tuhan baik dalam hidupku, Tuhan menjamin masa depan aku bahkan Dia rela mati untuk aku yang berdosa ini supaya aku diselamatkan.

Kemudian aku mulai pelayanan di gereja, aku mulai disibukan dengan jadwal pelayanan yang padat. Aku fokus dengan pelayanan dan apa yang harus aku lakukan dalam pelayanan. Aku ikut reatreat, aku ikut doa malam, aku sibuk latihan untuk ibadah dll.
Kemudian aku mulai dipersiapkan menjadi ketua komsel, aku dipersiapkan jadi WL, jadi pengurus dll. Aku terus dibawa naik dan terus naik.
Yang ada dipikiranku, Tuhan lagi bawa aku naik dalam kerohanian dan pelayananku, akupun menikmatinya.

Aku merasa cukup sampai disini saja. 
Selesai sudah ....





The End.











Sampai akhirnya aku di"tampar" dan akhirnya aku sadar, bahwa aku selalu fokus dengan diriku sendiri dan bahwa hidupku, pelayananku tidak berdampak untuk orang lain, karena aku hanya melakukan semua dengan fokus pada diri sendiri bukan untuk orang lain

Aku yang begini, aku yang begitu, aku jadi begini, aku jadi begitu, aku melakukan ini, aku melakukan itu. 
Aku...aku..aku..semuanya tentang aku.
Aku seneng kenal Tuhan Yesus dan aku seneng aku diselamatkan.
Tapi aku ga sadar kalau masih banyak orang diluar sana yang belum diselamatkan.
Akhirnya aku belajar untuk minta hati seperti hatinya Tuhan.
Tapi aku mulai mikir hati Tuhan seperti apa?
Yang aku tahu hati Tuhan yah lemah lembut, penuh kasih dlll.
Tapi akhirnya aku tahu bahwa hati Tuhan itu penuh dengan belas kasihan terhadap jiwa-jiwa yang terhilang.
Tapi untuk orang yang mikirin diri sendiri kayak aku ini, aku harus belajar keras untuk peduli dengan hidup orang lain. Aku mulai beroda setiap hari, aku minta hati yang mengasihi jiwa-jiwa, hati yang mau menangis lihat banyak orang yang tidak mengenal Tuhan, menolak Tuhan, hidupmya berantakan dan sedang ngantri masuk neraka.
Setelah masuk kuliah, aku terus-terusan diajar untuk punya hati seperti ini. Awalnya aku cuma berani doa untuk jiwa-jiwa, tapi giliran diperhadapkan dengan jiwa, aku takut, aku ga tahu harus gimana dan muncul kembali keegoisan aku.
Aku menolak jiwa-jiwa yang dipertemukan ke aku. Aku menolak dengan keras dan dengan berbagai alasan yang sok rohani.
Tapi Tuhan tetap mengajar aku untuk lihat jiwa dengan cara pandang Tuhan.
Sampai ketika Tuhan ijinin aku mengurus mentoring disebuah reatreat kampus, aku tahu Dia "menjebak" aku dipelayanan ini karena suatu rencana. Tapi dulu aku ga tahu apa rencana-Nya.
Sampai suatu kali aku menangis dan mikir buat apa sih pelayanan ini, cape belum lagi menghadapi tugas kuliah yang bejibun.
Lalu Dia ingetin aku tentang jiwa-jiwa yang akan datang di reatreat itu.
Lalu timbul pertanyaan, puas cuma sampai mereka datang reatreat, mereka nyanyi2, terima Tuhan, dipulihkan?
Kalau aku cuma mikir sampai disitu saja sama artinya aku ga peduli dengan hidup mereka.
Aku cuma peduli dengan reatreatnya sukses. Selesai kerjaan aku.
Tapi Tuhan ternyata mau aku melakukan lebih dari sekedar doain mereka, ajak mereka reatreat tapi Dia mau aku terlibat dalam kehidupan rohani mereka.
Sampai hari ini aku tetep belajar doa untuk jiwa-jiwa,terus minta hati jiwa-jiwa itu bahkan aku takut kehilangan hati itu dan terus berusaha peduli dengan jiwa-jiwa disekitar aku yang belum mengenal Tuhan Yesus.

 

Brikanku hati seperti hati-Mu
yang penuh dengan belas kasihan
Brikanku mata seperti mata-Mu
memandang tuaian disekelilingku


Brikanku tangan-Mu tuk melakukan tugas-Mu
Brikanku kaki-Mu melangkah dalam rencana-Mu


Brikanku...
Brikanku..
Brikanku hati-MU





"Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
(Matius 28:19-20)