Pages

Jumat, 05 November 2010

Siapakah sesamaku manusia?

Hari ini aku sate teduh dr RBC, dan aku belajar dari seorang Samaria. Renungan hari ini diambil dari Lukas 10:25-37
Salah seorang ahli Taurat bertanya kpd Yesus dgn maksud untuk mencobai Yesus, dia bertanya tentang bagaimana memperoleh hidup yang kekal. Lalu Yesus tanya, "apa yg tertulis di hukum taurat? Apa yg kau baca disana?"
Orang itu menjawab bahwa dia baca di hukum taurat yaitu kasihilah Tuhan, Allahmu, dgn segenap hatimu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Tetapi untuk membenarkan dirinya, dia bertanya lagi pada Yesus: " Dan siapakah sesamaku manusia?"
Pertanyaan si ahli Taurat ini bikin aku mikir juga siapa sih sesamaku yang layak utk dikasihi seperti aku mengasihi diriku sendiri??
Siapa yang layak menerima belas kasihanku? Pertanyaan ini secara ga langsung atau tanpa kita sadari muncul dalam pikiran kita ketika mau menolong orang lain. Kadang muncul pikiran, apa aku harus kasihan ama dia? Apa aku harus tolong dia? Tapi dia beda ras/ agama/suku dll dgnku.
Seringkali kita seperti itu, pilih-pilih orang, siapa yang layak kita tolong dan siapa yang tidak layak mendapatkan bantuan kita.
Sama ras nya, sama sukunya, sama agamanya="sesamaku" karena sama dgn aku.

Tapi ketika Yesus memberi perumpamaan tentang seseorang yang dirampok dan dipukuli oleh para penyamun.
Imam dan orang lewi yang lewat tidak menolongnya. Tetapi ketika orang Samaria yang menolongnya.
Pertama-tama, kita akan perhatikan lebih detil tentang perumpamaan ini.
Yesus bilang ada seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho. Jalan dari Yerusalem ke Yerikho merupakan jalan yang terkenal karena berbahayanya. Yerusalem terletak 2300 kaki diatas permukaan laut; Laut Mati, yg dekatnya Yerikho terletak kira-kira 1300 kaki berada dibawah permukaan laut. Dengan demikian, maka dalam jarak 20 mil, jalan ini menurun hingga 3600 kaki.
Dalam abad ke 5, demikian Yerome, jalan itu disebut "jalan merah atau jalan darah".
Dalam abad 19 tetap perlu membayar sejumlah uang kpd penjaga setempat sebelum orang-orang melewati jalan tersebut demi keamanannya sendiri.

Berikutnya kita perhatikan watak tokoh-tokoh dalam perumpamaan ini:
1. Orang yang berpergian tersebut adalah orang yg berani. Dengan kondisi jalan yang terkenal itu, dia masih berani untukpergi sendirian.
2. Imam. Dia melewati orang tersebut, mengingat dia adalah seorang imam yang mempunyai ketentuan. Bahwa barangsiapa menyentuh orang mati maka ia akan menjadi najis selama 7 hari (Bil 19:11).
3. Orang Lewi. Biasanya para bandit mempunyai kebiasaan untuk mempergunakan umpan. Bisa saja orang yang terbaring itu adalah salah satu anggota mereka. Orang lewi adalah orang yg mengutamakan keamanan diri sendiri.
4. Orang Samaria. Orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria. Diantara orang-orang yang lewat, hanya orang Samaria ini yg mau menolong orang yg habis dirampok it.
Orang Samaria ini tiddak sekedar menolong. Kalau aku, aku hanya akan menolong sampai dibawain ke Rumah Sakit, setelah itu aku ga mau tahu apa yg terjadi berikutnya ttg orang yang ak tolong.
Namun orang Samaria initidak hanya membalut lukanya tapi juga menyiraminya dengan anggur dan minyak, dinaikkan keatas keledai, dibawa ke penginapan dan merawatnya.
Masih ada yang dilakukan orang Samaria tersebut adalah dia memberikan uang kepada pemilik penginapan dan menintanya merawat orang itu, bahkan kalau uangnya habis dan sampai si pemilik penginapan memakai uangnya, orang Samaria itu berjanji akan menggantinya (Lukas 10:35)

Orang Samaria ini mengajarkan aku untuk memperlakukan sesamaku spt diriku sendiri tanpa membeda-bedakan.

Apa yang dikatakan Yesus kpd ahli Taurat itu juga berlaku bagi aku "Pergilah dan perbuatlah demikian".